Jumat, 13 Februari 2009

Bisnis Prospektif 2009

Saat ini, kebutuhan batu bara untuk mengoperasikan pembangkit listrik di Indonesia mencapai 120 ribu ton per hari atau 25 juta ton per tahun. Tahun 2010, saat pengoperasian pembangkit-pembangkit baru, jumlahnya diperkirakan naik menjadi 40 juta ton per tahun.
Sementara, Koran Tempo menulis bahwa prospek komoditas minyak sawit mentah (CPO) akan tetap menjanjikan di tahun 2009. Walaupun terjadi penurunan harga yang cukup tajam (Harga Juli 2008 $147/ton, kini sekitar $500/ton), namun permintaan dunia tidak akan terlalu mengalami pengurangan. Tahun ini GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) menargetkan produksi sebesar 19 juta ton, 12 juta untuk ekspor dan sisanya untuk industri dalam negeri. Hal ini diamini oleh Kepala BPS Rusman Heriawan, yang menyebut CPO akan jadi andalan ekspor 2009.



Saham-saham pilihan
Bagaimana dengan prospek bisnis primadona di lantai bursa? Berikut pendapat beberapa pakar saham dan investasi Indonesia, yang dikutip dari berbagai media.
Menurut Direktur Utama Trimegah Securities Avi Dwipayana, sektor komoditas masih tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan indeks saham, terutama dengan adanya gejala kenaikan harga minyak dunia dalam beberapa hari terakhir. Selain itu, Avi melanjutkan, saham sektor infrastruktur berpotensi ikut menopang pergerakan indeks. Tapi pertumbuhannya masih sangat bergantung pada kepastian pemerintah merealisasi proyek-proyek infrastrukturnya. “Realisasi proyek itu harus jelas dulu, jangan hanya berwacana,” ujarnya.
Sebaliknya, Erwan Teguh, analis dari CIMB Securities Indonesia, mengungkapkan, bahwa sektor yang sedang naik daun adalah sektor konsumen, perbankan, dan telekomunikasi. “Kalau pada awal tahun 2008 orang bicara soal pertambangan dan pertanian, tahun 2009 sektor konsumsi akan lebih mendominasi,” kata Erwan. Apalagi, kalau mau berandai-andai, dia menambahkan, tahun 2009 akan ada hajatan pemilihan umum. Biasanya di masa itu akan lebih banyak uang yang beredar dan mendorong laju konsumsi masyarakat. Pendapat serupa disampaikan oleh Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Erry Firmansyah, yang memilih merekomendasikan sektor infrastruktur, perbankan, dan konsumen sebagai primadona pasar modal tahun ini.
Produk lain yang tidak boleh dilewatkan adalah pasar obligasi. Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif BEI Guntur Pasaribu, memperkirakan pasar obligasi akan tumbuh sekitar 10 persen tahun ini. Pertumbuhan itu merupakan dampak positif dari tepatnya kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi krisis keuangan dunia. Apalagi terjaganya tingkat suku bunga dan inflasi yang rendah bisa memberi potensi penurunan suku bunga acuan BI Rate. Ini akan membuat pasar obligasi bergerak. Tentunya, Guntur melanjutkan, pertumbuhan tersebut bisa menarik investor domestik lebih aktif berinvestasi dalam bentuk obligasi. Sehingga bisa mendukung rencana peningkatan investor basis domestik pada investasi pasar modal. (Koran Tempo)
Property dan telekomunikasi
Bagaimana denga property? Menurut Kompas.com, bisnis properti di Indonesia diperkirakan akan lebih prospektif pada 2009 terdorong penurunan defisit neraca transaksi dan inflasi dari level tahun sebelumnya. Faktor lain yang akan mendorong prospek bisnis properti pada 2009 adalah akumulasi defisit rumah yang masih tinggi, jauh lebih tinggi dari kemampuan penyediaan.
Sektor telekomunikasi juga diprediksi masih akan tumbuh dan menjadi primadona bagi investor asing, dan akan paling banyak menyerap kredit baru perbankan. Sebagai gambaran, menurut KADIN dan ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia), nilai bisnis telco tahun 2008 saja mencapai 60-70 triliun, dipicu oleh pembanguna jaringan baru oleh operator dan perumbuhan pelanggan. Di tahun 2008jumlah pelanggan telco nirkabel Indonesia mencapai 126 juta orang, dan tahun 2009 akan mencapai 150 juta orang, sementara margin EBITDA (earning before interest, tax, depreciation, and amortization) tiap operator berkisar antara 40-50%.
Jadi, sektor apa yang akan Anda geluti?

Tidak ada komentar: